Jumat, 15 Mei 2020

PENETAPAN SISTEM AKUNTANSI MENURUT PESANAN

    PENETAPAN SISTEM AKUNTANSI MENURUT PESANAN

Dalam menghitung biaya produksi terdapat dua sistem perhitungan yakni sistem perhitungan berdasarkan pesanan (job order costing) dan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing). Tujuan dari kedua sistem perhitungan biaya tersebut sama yakni untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sistem perhitungan biaya yang digunakan sebaiknya ekonomis dalam pengoperasiannya.
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing atau job costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan. Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus terdapat perbedaan penting dalam biaya per unit suatu pesanan dengan pesanan lain. Misalnya, jika suatu percetakan secara simultan mempersiapkan pesanan untuk label, kertas kado berwarna, dan gambar tempel, maka selain pesanan-pesanan tersebut dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan tampilan fisiknya, biaya per unit pesanan-pesanan tersebut juga berbeda, sehingga perhitungan biaya berdasarkan pesanan digunakan.
Sekilas Mengenai Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesenan 

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan persanan (job order costing atau job costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pemesanan (job) yang terpisah. Suatu pemesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenihi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan. Agar perhitungan biaya berdasarkan pesanan menjadi efektif, pesanan harus dapat diidentifikasikan secara terpisah. Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus terdapat perbedaan penting dalam biaya perunit suatu pesanan dengan pesanan lain. Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalm kartu biaya pesanan (job cost sheet), yang dapat berbentuk kertas atau elektronik.


BAHAN MENTAH (RAW MATERIALS)    

Akuntasi persediaan di buku besar untuk perlengkapan, bahan baku langsung, dan bahan baku tidak langsung bisa saja terpisah. Berawal dengan adanya pesanan, maka departemen yang bertugas melaksanakan pesanan tersebut membuat perencanaan terlebih dahulu yaitu rencana produksi yang memuat antara lain : Bahan baku yang dibutuhkan dengan Surat Permintaan Pembelian (Purchases Requisition). Surat permintaan pembelian ini sebagi pedoman pembelian untuk melaksanankan pemesanan atau dasar untuk mengirim Order Pembelian (Purchase Order).

Selanjutnya petugas pembelian setibanya pesanan akan mengadakan pemeriksaan, apakah jumlah tersebut sesuai atau tidak dengan pesanan yang dilakukan, setelah mendapat persetujuan. Bagian pembelian mengeluarkan Bukti Penerimaan Bahan (Receiving Report) yang memuat jumlah keadaan barang yang diterima. Penerimaan ini dicatat dengan mendebit perkiraan Bahan Baku (material) dan sebaliknya untuk perkiraan Hutang Dagang (Kas dicatat disebelah kredit). 


Untuk pencatatan bahan baku sebaiknya diterapkan sistem balance permanen, karena akan diperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut :
1.      Memungkinkan perhitungan persediaan secara phisik dapat dilaksanakan secara merata dan tidak menumpuknya pekerjaan pada akhir periode.
2.      Penetapan pembebanan bahan baku ke pekerjaan dan biaya fabrikase dapat dilakukan secara tepat dan cepat.
3.      Keuntungan lainya untuk mengetahui perbedaan-perbedaan antara jumlah sebenarnya dengan jumlah menurut pembukuan.


UPAH (WAGES)

Upah buruh adalah biaya yang tidak berwujud, tidak seperti pemakaian bahan baku maka untuk sistem ini harus dilaksanankan dengan seksama mengenai perlakuakn upah langsung, agar :
1.      Dapat ditetapkan ujumlah yang tepat mengenai upah yang harus dibayarkan kepada buruh di dalam periode pembayaran upah.
2.      Pembebanan yang tepat atas biaya buruh ke perkiraan Biaya Fabrikase dan ke masing-masing pesanan.
Jumlah jam kerja para buruh biasanya dicatat ke dalam kartu jam (stock card) yang disebut juga dengan kartu keluar masuk (in and out cards). Jam kerja dari setiap buruh untuk setiap pekerjaan atau biaya fabrikase dicatat dalam kartu waktu (time ticket/ time card).


BARANG DALAM PROSES (WORK IN PROSESS)

Untuk menyelesaikan suatu produk terdapat 3 unsur biaya yaitu :
1.      Bahan Langsung (Direct Materials)
2.      Upah Langsung (Direct Labor)
3.      Biaya Fabrikase (Factoru Overhead)
Ketiganya akan dialokasikan ke perkiraan Barang dalam proses dengan angka yang sudah diiktisarkan terlebih dahulu, sedangkan perincian mengenai pemakaian bahan, upah langsung atau biaya fabrikase dapat dilihat dari kartu pekerjaan (job cust sheet). Pencatatan ke job cost sheet diambil dari bon-bon pengeluaran bahan kartu waktu yang memuat perinciannya. Setelah pekerjan selesai, maka data ini diiktisarkan sehingga dapat diketahui biaya per unit. Data tersebut sebagai dasar untuk memuat jurnal dengan cara mendebit perkiraan Hasil selesai (Fishing goods) dan mengkredit perkiraan Barang dalam proses (work in prosess). biasanya didalam pelaksanaanya, setiap order berisi beberapa jumlah pemakaian bahan, upah langsung dan biaya fabrikase yang di alokasikan dicatat dalam sebuah kartu pesanan.

HASIL SELESAI DAN HARGA POKOK PENJUALAN

Perkiraan hasil selesai merupakan perkiraan pengendali (controlling account) disebabkan angka yang dicatat ke dalam perkiraan ini hanya merupakan khtisar dari buku besar pembantu (subsidiary ledger) yang mempunyai perkiraan-perkiraan untuk tiap-tiap barang barang yang dihasilkan. perkiraan yang mecatatat setiap barang yang dihasilkan dinamakan buku besar hasil selesai (finished goods ledger or stock ledger). karena itu tiap perkiraan dalam buku besar pembantu hasil selesai menyediakan kolom-kolom untuk dikirim dan total biaya dan biaya perunit untuk persediaan hasil selesai yang masih ada bentuk perkiraan dalam buku besar.



Referensi :

Sabtu, 09 Mei 2020

PERBEDAAN FIFO DAN LIFO BESERTA CONTOH

PERBEDAAN FIFO DAN LIFO BESERTA CONTOH


FIFO

FIFO (first in first out) yang artinya masuk pertama keluar pertama, maka pada metode ini unit persediaan yang pertama kali masuk ke gudang perusahaan akan dijual pertama. Metode FIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran cost masuk persediaan harus dipertemukan dengan hasil penjualannya. Sebagai akibatnya, biaya per unit persediaan yang masuk terakhir dipakai sebagai dasar penentuan biaya barang yang masih dalam persediaan pada akhir periode (persediaan akhir).  
Dalam penerapan metode FIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang lama/pertama masuk untuk dijual terlebih dahulu. Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk. Metode FIFO cocok diterapkan pada perusahaan yang menjual produk yang memiliki masa kadaluarsa, seperti makanan, minuman, obat dan lain sebagainya.

KELEBIHAN FIFO

  • Menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah
  • Menghasilkan laba kotor yang tinggi
  • Menghasilkan persediaan akhir yang tinggi
  • Selama periode inflasi atau kenaikan harga, penggunaan FIFO akan mengakibatkan hal ini, tapi dalam kondisi ekonomi turun, terjadi kebalikannya
  • Nilai persediaan disajikan secara relevan di Laporan Posisi Keuangan

KEKURANGAN FIFO

  • Pajak yang harus dibayarkan perusahaan ke pemerintah menjadi lebih besar.
  • Laba yang dihasilkan kurang akurat.
  •  

LIFO

LIFO (last in first out) artinya yang masuk terakhir keluar pertama. Metode ini mengasumsikan unit persediaan yang dibeli pertama akan dikeluarkan di akhir. Artinya, unit yang dijual pertama adalah unit persediaan yang terakhir masuk ke gudang. Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk. Metode biaya persediaan LIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran keluar biaya persediaan merupakan kebalikan dari kronologi terjadinya biaya. Pada metode ini, harga beli terakhir dibebankan ke operasi dalam periode kenaikan harga (inflasi), sehingga laba yang dihasilkan akan kecil dan pajak yang terutang juga menjadi lebih kecil.  

KELEBIHAN LIFO

  • Mudah membandingkan cost saat ini dengan pendapatan sekarang. 
  • Apabila harga naik maka harga barang jadi konservatif. 
  • Laba operasional tidak terpengaruh oleh untung atau rugi dari fluktuasi harga. 
  • Menghemat pajak

KEKURANGAN LIFO

  • Bertolak belakang dengan aliran fisik persediaan sesungguhnya.
  • Biaya pembukuan menjadi mahal karena metode ini lebih rumit.
  • Laba atau rugi yang dihasilkan lebih rendah.
     

CONTOH METODE FIFO DAN LIFO 

PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut.

FIFO


ANALISA :

Dalam penerapan metode FIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang 
lama/pertama masuk untuk dijual terlebih dahulu. Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan 
akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk. Metode FIFO cocok diterapkan 
pada perusahaan yang menjual produk yang memiliki masa kadaluarsa, seperti makanan, minuman, 
obat dan lain sebagainya.

LIFO

 
ANALISA :

Dalam penerapan metode LIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang
baru/terakhir masuk untuk dijual terlebih dahulu. Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan
akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk.


HPP SISTEM PERPETUAL :

 

Sumber :

https://www.accuratego.id/kekurangan-dan-kelebihan-metode-persedian-fifo-dengan-average/
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-perbedaan-metode-persediaan-fifo-lifo-dan-average/ 
https://ukirama.com/blogs/cara-dan-contoh-perhitungan-metode-fifo-lifo-dan-average
https://manajemenkeuangan.net/perbandingan-metode-fifo-lifo-dan-biaya-rata-rata/
https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/contoh-soal-metode-fifo-lifo-dan-average-bonus-jawaban-penyelesaiannya/

Senin, 04 Mei 2020

FORUM PENGANTAR AKUNTANSI 2 (VCLASS M9)

NAMA : ILHAM MAULUDDIN A
NPM : 13118257
KELAS : 2KA27
SOAL


PERUSAHAAN INDUSTRI KOMPAS
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
PER TANGGAL 30 JUNI